Rabu, 28 Juli 2010

Biografi Utuy Tatang Sontani

Biografi Utuy Tatang Sontani

Salam jiwa !

Semoga senyum Tuhan senantiasa mengiringi segala aktifitas kita sebagai khalifah dimuka bumi ini, hingga nafas tersenyum berpapasan dengan Tuhan, Amin.

Utuy Tatang Sontani (Cianjur, 1 Mei 1920-Moskow,1979), salah seorang
sastrawan angkatan 45 terkemuka. Mengawali karyanya dengan Tambera (1948)sebuah novel yang mencerminkan semangat revolusi dan perjuangan rakyat Indonesia. dan cerpen-cerpen yang di kumpulkan dalam Orang-orang Sial (1951), selanjutnya Utuy lebih dikenal dengan cerita-cerita lakonnya. Meskipun lakon pertamanya (Suling dan Bunga Rumah Makan, 1948) ditulis sebagaimana lakon di tulis. Cara Utuy menulis drama dengan gaya cerpen adalah kesulitan pertama. Sebab ketika orang membaca, naskah itu sudah pentas di kepala mereka masing-masing. Memanggung kan drama Utuy kemudian menjadi kerja keras kreatif menuang kebaruan pada teks yang mengungkap problem psikologis individu berhadap dengan nilai umum yang ada dalam masyarakat. Ditambah lagi, Utuy seperti abai dengan hal lain di atas panggung selain dialog. Karenanya, tata panggung, lampu bahkan blocking yang tidak tepat justru dengan mudah akan menentang kekuatan dialog. Drama-drama yang lahir pada periode Utuy memang dikerjakan oleh
para sastrawan yang minim ilmu panggungnya,
tetapi selanjutnya ia menemukan cara menulis lakon yang unik, yang bentuknya seperti cerita yang enak dibaca, bahkan Pramoedya Ananta Toer pernah menyebutnya sebagai ”raksasa dramaturg terbesar” pada masanya. Di antara karya-karyanya yang terkenal adalah Awal dan Mira (1952,mendapat hadiah Sastra Nasional BMKN 1953), Sayang Ada Orang Lain (1954), Di Langit Ada Bintang (1955), Sang Kuriang (1955), Selamat Jalan Anak Kufur (1956),Di Muka Kaca (1957),Saat yang Genting (1958; mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957-58), Si Kabayan (1959),Manusia Kota (1961),Segumpal Daging Bernyawa (1961), Tak Pernah Menjadi Tua (1963).Si Sapar (1964), Si Kampreng (1964), dan terjemahan Selusin Dongeng (1949; Jean de la Fountain).
       Pada 1 Oktober 1965 Utuy bersama sejumlah pengarang dan wartawan Indonesia menghadiri perayaan 1 Oktober di Beijing atas undangan pemerintah Tiongkok. Pecahnya G30S pada 1965 di Indonesia membuat mereka terlunta-lunta di tanah asing. Kembali ke Indonesia berarti ditangkap dan dituduh terlibat G30S, seperti yang dialami oleh begitu banyak kawan mereka. Situasi mereka semakin sulit ketika di RRT sendiri pecah Revolusi Kebudayaan pada 1966. Sebagian orang Indonesia yang terdampar di Tiongkok akhirnya memutuskan untuk meninggalkan negara itu dan pergi ke Eropa Barat dengan menumpang kereta api Trans Siberia. Sebagian dari penumpang ini berhenti di Moskow, termasuk Utuy dan sejumlah kawannya, Kuslan Budiman, Rusdi Hermain, dan Soerjana, wartawan Harian Rakjat.

Kedatangan Utuy di Moskow pada 1971 disambut hangat oleh pemerintah Uni Soviet dan masyarakat ilmiah di sana, terutama karena nama Utuy sudah dikenal luas lewat karya-karyanya dan kehadirannya dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika pada 1958. Utuy diminta mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Moskow dan sempat pula menghasilkan sejumlah karya tulis. Ia menyusun sekurang-kurangnya empat buah novel dan tiga otobiografi hingga ia wafat pada 1979 di Moskow. Salah satu novelnya yang ditulisnya dan diterbitkan di Moskow adalah Kolot Kolotok. Novel ini hanya dicetak terbatas untuk bahan studi di Jurusan Indonesia, Universitas Negara Moskow. Di Bawah Langit Tak Berbintang adalah memoar dan otobiografinya yang mengisahkan pengalamannya hidup di pengasingan di RRT dan di Rusia.
Ketika ia meninggal, sebagai penghormatan nisannya ditempatkan sebagai nisan pertama di pemakaman Islam pertama di Moskow.

Referensi Lebih Lengkap ada "DI SINI"

2 komentar:

  1. boga link-ling cerpen-cerpen utuy teu?
    saha nu pertama nyieun carita si kabayan nu dicerpenkeun ku utuy...

    BalasHapus
  2. Aya Cerpen awal dan mira... http://www.ziddu.com/download/4134631/AWALDANMIRA.rar.html :

    BalasHapus