Selasa, 27 Juli 2010

Hikayat Perlawanan Sanikem

Biarkan aku menulis !


Hikayat Perlawanan Sanikem

Karya Rakhmat Giryadi


Dramatic Person

  1. NYAI ONTOSOROH                       : Istri (gundik) TB Mellema, berusia 35 tahun.
  2. TUAN BESAR MELLEMA              : Tuannya Nyai, berusia 50 tahun.
  3. ROBERT MELLEMA                       : Anak Nyai berusia 18 tahun.
  4. ANNELIES                                        : Anak Nyai berusia 16 tahun
  5. MINKE                                               : Putra bupati Brojonegoro berusia 18 tahun.
  6. MAURITZ MELLEMA                     : Putra TB Mellema berusia 25 tahun
  7. DARSAM                                           : Pengawal Nyai dari Madura berusia 40 th.
  8. SASTROTOMO                                 : Ayah Sanikem berusia 45 tahun
  9. ISTRI SASTROTOMO                      : Ibu Sanikem berusia 35 tahun
  10. SANIKEM                                         : Nama kecil Nyai berusia 14 tahun
  11. BABAH AH TJONG                         : Germo pelacuran berusia 50 tahun
  12. MINEM                                              : Salah satu buruh pabrik

Pemain Pendukung : Buruh Pabrik, Pelacur, Penduduk, Dua Utusan, Meiko.










Diadaptasi dari novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer penerbit Hasta Mitra Jakarta, cetakan kelima Februari 1981.


BABAK I

Setting : Dekat Pabrik Gula Tulangan

ADEGAN 1
Orang-orang sedang bekerja, hilir mudik, membawa karung-karung (gula) dan juga batangan tebu dengan geledekan. Mereka bertelanjang dada. Tubuhnya hitam. Ada yang kekar. Tetapi ada juga yang kurus kering.

ADEGAN 2
Seorang Juragan (Mandor), dikawal oleh dua budaknya. Dengan berkacak pinggang, Mandor itu menuding-nuding, bahkan terkadang menendang para budak. Sementara di tempat yang berbeda anak-anak perempuan yang masih remaja, berlarian. Ibunya, mengikuti dengan isak tangisnya. Seorang laki-laki dengan kasar menangkap satu di antara mereka yang melarikan diri. Anak itu meronta-ronta. Tak ada yang berani melawan. Mereka hanya bisa menyaksikan dengan sedih. Laki-laki kasar itu itu menyerahkan anak itu kepada seorang Mandor. Dengan imbalan seketip dua ketip,  mereka melepaskan anak itu dibawa Mandor, entah kemana?


 



Follow Art_Multazam on Twitter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar