Selasa, 27 Juli 2010

BUNGA RUMAH MAKAN


Biarkan aku menulis !
BUNGA RUMAH MAKAN (1948)  
Karya : UTUY T. SONTANI




Pertunjukan Watak Dalam Satu babak

Diketik ulang dari Naskah Terbitan
Perpustakaan Perguruan Kementrian P.P. DAN K.
Jakarta 1954
PARA PELAKU
  1. Ani, gadis pelayan rumah makan “Sambara”
  2. Iskandar, pemuda pelancong
  3. Sudarma, yang punya rumah makan “Sambara”
  4. Karnaen, pemuda anak Sudarma
  5. Usman, kyai kawan Sudarma
  6. Polisi
  7. Suherman, pemuda kapten tentara
  8. Rukayah, kawan Ani
  9. Perempuan yang belanja
  10. Pengemis
  11. Dua pemuda pegawai kantoran












    Panggung merupakan ruangan rumah makan, dialati oleh tiga stel kursi untuk tamu, lemari tempat minuman, rak kaca tempat kue-kue, meja tulis beserta telepon, radio dan lemari es. Pintu kedalam ada di belakang dan pintu keluar ada di depan sebelah kiri.

    ADEGAN 1

    KARNAEN               :  (duduk menghadap meja tulis, asyik menulis).
    ISKANDAR              :  (masuk dengan rambut kusut dan langkah gontai, memandang ke arah pintu ke belakang).
    KARNAEN               :  (berhenti menulis). Ada keperluan apa, saudara?
    ISKANDAR              :  Tidak! (pergi keluar).
    KARNAEN               :  (heran memandang, kemudian melanjutkan menulis).


    ADEGAN 2

    KARNAEN               :  (berdiri). An! Ani!
    ANI                             :  (dari dalam). Ya, mas!
    KARNAEN               :  Sudah selesai berpakaian?
    ANI                             :  (tampil). Sudah lama selesai, mas.
    KARNAEN               :  Tapi mengapa diam saja di belakang?
    ANI                             :  Saya membantu pekerjaan koki.
    KARNAEN               :  Who, engkau turut masak?
    ANI                             :  Tidak mas, hanya memasak air. Timbangan diam tidak ada kerja, supaya tidak merasa kesal.
    KARNAEN               :  Tapi akupun suka melihat engkau masak, An. Apalagi karena dengan begitu, engkau akan kian jelas kelihatan sebagai wanita yang akan jadi ratu rumah tangga.
    ANI                             :  (pergi mengambil lap di atas gantungan). Ah, mas, bila mendengar perkataan ..rumah tangga” saya suka gemetar. Saya masih suka bekerja seperti sekarang ini. (mengelap radio).
    KARNAEN               :  Sampai kapan engkau berpendirian demikian, An?
    ANI                             :  (tetap mengelap radio, membelakangi Karnaen). Saya bukan Tuhan mas, tak dapat menetapkan waktu. (melihat kearah Karnaen). Kita setel radionya, ya mas?
    KARNAEN               :  Ah, di pagi hari begini tidak ada yang aneh. (melangkah mendekati Ani). Dan daripada mendengar radio aku lebih suka mendengar engkau menceritakan pendirianmu. Engkau lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga, An?
    ANI                             :  (berdiam perlahan-lahan menjauhi Karnaen). Saya tidak mengatakan, bahwa saya lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga, mas. Tapi saya belum hendak memikirkan berumah tangga, sebab sayamasih senang bekerja.
    KARNAEN               :  Tapi, An, ketika engkau dulu kubawa kesini keinginanku bukan hanya melihat engkau jadi pelayan di sini saja. Aku ingin melihat engkau menjadi wanita yang sungguh-sungguh wanita. Dan wanita yang kumaksudkan itu, ialah wanita yang cakapmengurus rumah tangga.
    ANI                             :  (terkulai menundukkan kepala). Mas, saya tiada mempunyai perkataan untuk menyatakan terima kasih atas kebaikan budi mas, sudah membawa saya kesini. Tapi, ketika saya datang disini dulu, saya tiada ingin lebih dari jadi pelayan, jadi pegawai sebagaimana kesanggupannya orang miskin didalam mencari sesuap nasi.









    Silahkan download naskahnya..... "DI SINI"



1 komentar:

  1. Untuk naskah utuy yang ini, sangatlah rumit dalam mengartikan lebih dalam maksud dari kata-kata yang ada dalam dialog, naskah ini pernah di pentaskan oleh Anak2 Teater Awal dalam rangka Resital Angkatan XXII..
    alhamdulillah sukses !

    BalasHapus