Resume
“MENJADI AKTOR”
Pengantar kepada seni peran dan sinema
Buku menjadi aktor di susun oleh Suyatna Anirun, yang mana di mulai dengan sebuah Overture dari Tim Penyunting, Ketua Studi klub Teater Bandung, dll. Kemudian diikuti Prolog lalu di tutup dengan sebuah epilog. Dan semua isinya dibagi ke dalam tiga babak, yang diikuti dengan layar-layar penjelasan atau masalah di dalam babak yang sedang di bahas.
BABAK I
PENDEKATAN MASALAH
Layar 1 Akting Untuk Teater Dan Sinema
Yang membedakanlaku untuk pentas dan laku untuk film adalah penyajiannya. Prosesnya sama saja sebagaimana yang dihadapi seorang salon pemeran menghadapi peran yang di gelutinya.
Layar 2 Kamera, Mata Dan Hati (Pendekatan pada Seni Peran untuk Film)
Untuk film, radio dan TV, perangkat tehnik yang mengusungnya, di ambil peran terbesar dalam mengantarkan bentuk karya yang di tampilkan. Laku atau suasana diproyeksikan pada ukuran layar. Ruang nyata diimbas oleh tehnik-tehnik pemotretan dan suara. Apabila format/ukuran laku di panggung perlu di perbesar sesuai dengan sarananya, dalam film justru harus dikembalikan pada kondisinya yang alami. Gerak gerik alami di butuhkan menurut keperluan visual oleh sutradaranya. Di panggung acting adalah sebuah titalitas, dalam film acting adalah suatu perangkat produksi yang keberadaanya hadir menurut kebutuhan.
Layar 3 Naskah Lakon Untuk Teater Dan Sinema
Naskah lakon umumnya di sebut scenario, berupa susunan (komposisi) dari adegan-adegan. Dalam penuangannya sebagai tulisan biasanya memiliki keterbatasan sesuai dengan fitrahnya.
BAHASA PANGGUNG
Panggung (dengan segala kemungkinan tehniknya, tata cahaya, setting, tata suara, dan tata peralatan yang tersedia) adalah persinggahan terakhir dari karya lakon yang di pentaskan.
BAHASA GAMBAR
Menggambar berarti menampilkan imaji. Untuk bias menggambar kita tidak selalu terikat kepada alat2 gambar seperti pensil, tinta, dan kuas. Kita pun bias menggambar dengan music atau gerakaan tubuh. Dalam film orang mengkonkretkan gambar atau imaji itu lewat proyeksi ke layar putih.
PENGERTIAN-PENGERTIAN
Layar 4 Bentuk Dalam Karya Seni
Dalam karya seni, bentuk di capai karena keseimbangan struktur artistic, keselarasan, harmoni, dan relevansi. Suatu karya dengan isi yang baik dari sudut ahlak, pendidikan, agama, dan politik, tapi susunan/bentuknya buruk, bukanlah karya seni.
Layar 5 Ruang Sebagai Sarana Ekspresi
Ada empat unsure yang mengusung terciptanya sebuah teater, yaitu naskah, pemain, tempat pertunjukan dan penonton. Semua itu merupakan suatu kesatuan yang meruang. Hanya dari sana kita akan mendapatkan kemungkinan terciptanya atmosfir teatral.
Layar 6 Laku yang Meruang
Tugas utama seorang pemeran adalah membawakan peran lakon sesuai dengan porsi yang tersedia untuknya.
Untuk mencapai prestasi yang optimum, si seniman tidak hanya bermodalkan kekuatan dan keterampilan fisik serta penguasaan peralatan ekspresi sepenuhnya, haru pula di sertai kecerdasan serta rohani yang sehat.
Layar 7 Hakekat Seni Peran
Actor atau seniman pemeranan adalah seniman yang mewujudkan peran lakon (sosok2 pelaku di dalam sebuah cerita atau lakon) ke dalam realita seni pertunjukan. Yang sangat berpengaruh pada seorang actor:
a. Penampilan fisik
b. Penampilan emosi dan intelegensi
c. Penampilan kata-kata/dialog
d. Penggunaan unsure ruang
BABAK II
MENGKAJI SUMBER
Layar 1 Naskah Lakon
Naskah lakon (bias juga di sebut scenario) adalh instansi pertama yang berperan sebelum sampai ke tangan para sutradara dan para aktor
a. Penulis Naskah dan Karyanya
b. Sutradara dan Naskah Lakon
Ada tiga tahapan yang harus di lalui sutradara dalam mewujudkan transformasi dari bentuk naskah jadi sebuah pementasan teater, yaitu:
a. Mensiasati medan
b. Perencanaan/praproduksi
c. Proses produksi
c. Aktor dan Naskah Lakon
Fungsi pertama naskah lakon adalah member inspirasi kepada para seniman penafsir. Fungsi keduanya adlah mensuplay kata2 yang harus diucapkan oleh si actor. Itu sebabnya naskah lakon biasa di sebut buku kata2 atau buku teks.
Layar 2 Lembaran Contoh
a. Penerapan Azas Kesatuan
b. Analisis Struktur
c. Pengantar Pementasan
Layar 3 Contoh Ragam Naskah
a. KARTOLOEWAK
Komedi satir
Saduran dari Volpone or The Fox
Karya Ben Johnson
b. PAMAN VANYA
Tragic komedi
Karya Anton Chekov
c. SANGKURIANG
Drama puisi
Karya Utuy Tatang Sontani
MERANCANG BENTUK
Layar 4 Pengantar
Tugas seorang actor sama dengan seniman2 dari bidang lain, menciptakan bentuk2 maksimal dalam usahanya mencari kesempurnaan. Bekal dasar2 pikiran/pemahaman untuk actor:
a. Kesadaran pada bentuk
b. Latihan membaca
c. Menguasai sarana pentas
d. Menguasai kelengkapan penampilan
e. Watak sebagai motivasi plot
f. Bobot peran
g. Memadu kesan keseluruhan.
Layar 5 Kesadaran pada Bentuk
1. Struktur
Dalam teater, dengan kondissi ruang waktu yang sama, menjangkau cita kelengkapan dan kesatuan melalui suatu pernulaan. Pertengahan dan akhir. Keharusan mengikuti bentuk ini didasarkan pada kesadaran akan hakikat drama itu sendiri.
2. Organisasi dalam penampilan lakon
Tugas seorang pemeran adlah mengerti dan menguasai hubungan antara bagian2 sampai bentuk keseluruhannya. Ia harus mewujudkan konsep peran yang di gariskan oleh sutrdara berdasarkan naskah, serta mengembangkannya dalam keadaaan teater.
Layar 6 Mencari Bentuk Peran
- Melalui Naskah Lakon
Membaca naskah secara subyektif dengan segi pandangan sendiri. Meninjau motivasi2 apa yang mendorong suatu laku/tindakan yang bersangkutan. Apa yang di kehendakinya? Mengapa ia melakukan hal itu kearah mana jangkauannya?
- Melalui Fungsi Peran
1. Peran utama
2. Antagonis
3. Peran subyek pertentangan
4. Peran kepercayaan
5. Peran pelengkap guna
Layar 7 Latihan Membaca
1. Membaca pertama kali
Kesempatan seorang pemeran membaca naskah lakon pertama kali adalah satu2nya kondisi di mana yang bersangkutan dapat mendekati isi lakon dengan sikap serta segi pandangan yang sama dengan penonton.
2. Memahami penulis lakon
Tak ada salahnya pula jika pemeran mempelajari riwayat hidup pengarang, paham2 yang di anutnya, kecendrungan2 penonjolan dalam karyanya.
Layar 8 Menguasai Sarana Pentas
1. Penguasaan bentuk fisik teater (ruang penonton dan pentasnya)
2. Penguasaan peralatan pentas (tehnik artistic)
3. Penguasaan posisi pemeran terhadap setting dan pemeran lainnya.
Bentuk2 fisik teater:
- Pentas relung proscenium
- Pentas arena (tapal kuda)
- Pentas open end (terbuka diruang tertutup)
- Theatre in the round (melingkar)
- Pentas transverse
- Teater flexible
Layar 9 Penguasaan Kelengkapan Penampilan
Tontonan itu tidak hanya perlu enak dilihat, tapi perlu juga daya rangsang visual yang lebih dari sekedar atraktif, yaitu pemandangan yang berkarakter. Kelengkapan penampilan adalah perangkat yang harus di kuasai oleh seorang actor, yaitu meliputi kostum,handprops, tatarias atau topeng.
Layar 10 Watak Sebagai Motivasi Plot Lakon
Plot adalah struktur keseluruhan lakon. Langkah kemudian seorang pemeran adalahmenentukan hubungan peran yang harrus ia bawakan dengan plot lakon. Perwatakan merupakan sarana untuk membedakan suatu peran dari peran lainnya. Dalam menganalisa peran2 suatu lakon, ada gunanya kita memperhatikan 4 segi karakterisasi, yaitu:
1. Segi fisiologis
2. Segi social
3. Segi moral
Layar 11 Bobot Peran
Pemeran harus mampu menampilkan dan mengembangkan bobot peran dan ide2 suasana dalam keutuhan kerja ensamble. Bobot peran adalah intensifikasi pengmnamgam watak2 dan suasana.
Layar 12 Kesan Keseluruhan
Memandu kesan keseluruhan dapat di artikan sebagai langkah meninjau kembali seluruh penataan laku selama latihan2 dan keseluruhan produksi. Langkah ini di anggap taraf p[enyempurnaan, penghalusan dan koordinasi.
BABAK III
ENERJI PENGEMBANGAN
Layar 1 Aktor dan Tubuhnya
a. Pengantar
Pada olah tubuh imajinaasi jadi peluang gerak. Pada olah vocal, suara adalah kendaraan imajinasi, pada olak sukma, imajinasi malah jadi sasaran latihan.
b. Proses tanah liat
Pemeran harus mempersiapkan diri minimal dalam dua bidang. Persiapan mental dan persiapan fisik dlam menghadapi latihan2 drama.
Tingkat2 latihan:
a. Latihan dasar
b. Latihan teknik
c. Latihan membawakan.
c. Membebaskan tubuh
Latihan olah tubuh adalah suatu proses pemerdekaan yang memungkinkan anda dan tubuh andasiap mengabdi pada acting.
d. Latihan 15 menit
Melonggarkan diri
e. Latihan 30 menit
Setlah melonggarkan diri, berlatihlah kelenturan tubuh.
Layar 2 Aktor dan Vokalnya
a. Suara kendaraan imajinasi
Dengan demikian posisinya cukup dominan dalam pemeranan.
b. Membebaskan suara alami
1. Proses pembebasan
2. Pengembangan
3. Kepekaan dan tenaga yang menggali kekuatan pernafasan, pusar, dan artikulasi.
4. Jalinan naskah dan acting.
Layar 3 Aktor dan Sukmanya
a. Ajaran konsentrasi
Konsentrasi adalh suatu kesanggupan yang memungkinkan kita mengerahkan semua kekuatan rohani dan pikiran kea rah suatu sasaran yang jelas.
b. Ingatan emosi
c. Latihan-latihan dasar seni peran
Seluruh latihan dasar di titik beratkan untuk memperkuat daya konsentrasi dan ingatan emosi.
Layar 4 Aktor Mencari Ruang
a. Tehnik muncul
Bagaimana kita membawakan kemunculan kita dalam peran yang kita bawakan.
b. Tehnik memberi isi
Suatu cara untuk member isi pada pengucapan kalimat2 untuk menonjolkan emosi dan pikiran2 yang terkandung dalam kalimat2 sebuah cerita.
c. Tehnik pengembangan
Apabila pengembangan di susun secara baik, penonton tak akan merasa jemu mengikuti perkembangan suasana dari satu adegan, ke adegan yang lain.
d. Membangun klimaks
Adalah puncak dari suatu pengmbangan
e. Konsep waktu/tempo dramatic
Ungkapan timing, tempo dan jarak langkah dapat di pakai dalam hal yang berbeda2 tapi satu sama lain berkaitan dalam konsep waktu yang merupakan bagian vital dalam karya teater.
Layar 5 Aktor Mengisi Ruang
a. Berfikir konstruktif
b. Latihan pemanasan
Relaksasi, Fleksibilitas, bekerjasama.
c. Metoda trial & error
1. Penyerahan diri sepenuhnya
2. Daya konsentrasi/penusatan diri sepenuhnya
d. Naskah yang di garap
e. Garapan menjelang pentas
Romeo diatas kertas
Romeo diatas pentas
f. Proses membawakan peran
Thapan yang di lalui dalam proses pemeranan:
1. Tahapan mencari-cari
2. Tahapan pengembangan
3. Tahapan pemantapan
Lihat juga:
ENAM PELAJARAN POKOK UNTUK AKTOR & AKTRIS
dan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar